Rabu, 23 April 2014

Cak Lontong yang Sedang Kinclong

DIBANDING teman sekantor yang lain, lelaki berpostur tinggi besar itu termasuk yang berpenampilan paling santai. Sudah begitu, tutur katanya pun sering mengundang tawa. Saya mengenalnya sebagai Pak Hartono (saya tidak tahu nama depan dan atau nama belakangnya).

Setiap pagi, kedatangannya selalu saya tunggu. Ya, karena dulu di kantor tidak berlangganan koran, sementara Pak Hartono selalu datang membawa koran, barang itu selalu jadi rebutan. Tetapi, “Sini, sini,” katanya sambil mengambil kembali lembar-lembar koran yang sudah kami pegang per segmen. Lalu, dikumpulkanlah lagi untuk kemudian distaples, “Nah, begini supaya tidak terjadi dis-integrasi,” ujar Pak Hartono.

Salah seorang teman blogger (sebagaimana kebanyakan pembaca pada umumnya) suka yang namanya cerita 'luar duga'. Dalam berbincang santai sebelum jam kerja dimulai, si Pak Hartono ini sering juga memakai teknik itu. Misalnya, suatu hari ia bilang, 'jangan lihat siapa yang bicara, tetapi telaahlah apa yang dibicarakan'. Karena, “Kalau mutiara, sekali pun keluar dari mulut anjing, ya tetap...”

Mutiara,” sahut saya spontan menyambar kalimat yang digantung itu.

Tetap anjing yang mengeluarkan,” dengan intonasi yang khas, yang terlihat tidak ngawaki sama sekali, Pak Hartono mengoreksi jawaban saya.

Lama sudah saya tidak berjumpa langsung dengan Pak Hartono. Terakhir ketemu, pas melayat meninggalnya Pak Widodo dan kami mengantarkan jenazah sampai ke pemakamam Dinoyo, Surabaya. Tetapi, sekali pun begitu, saya masih bisa melihat aksi Pak Hartono di layar kaca. Mula-mula di JTV saat main bareng grup ludruk Tjap Toegoe Pahlawan. Saat itu Pak Hartono sudah tidak bekerja lagi di tempat kerja saya ini. Dari televisi lokal di Surabaya, lama-lama saya lihat ia bisa menembus televisi nasional di Jakarta. Di TVRI, di tvOne, di MetroTV di KompasTV, dan yang lagi kinclong sekarang ini adalah penampilannya di Indonesia Lawak Klub Trans|7.

Hartono?! Di ILK? Ah, gak ada tuh!
Sebentar, saya lanjutkan dulu ceritanya.

Ketika bekerja di tempat ini dulu, tidak jarang ia masuk kantor hanya bersandal. Jan santai tenan pokoknya. Kalau tidak salah, sedannya agak butut, warnanya abu-abu, yang kalau saya intip ke jok belakang, tidak jarang ada baju pentas di situ; hitam dengan renda kuning keemasan. Entah itu kostum apa. Tetapi mengingat posturnya yang tinggi begitu, kalaulah jadi Punakawan, pantesnya ia memerankan Petruk. Pada kaca belakang sedannya, tertera identitas yang menjadi nama artis-nya sekarang ini; Cak Lontong.

Di acara yang jelas terlihat sebagai parodi dari Indonesia Lowyers Club-nya tvOne itu, jelas sekali gaya pak Hartono, eh Cak Lontong ding, berbeda sekali dengan lawak yang lain. Permainan kata yang cerdas, pengungkapan hasil survei yang ngawur tapi menghibur, sungguh menjadi magnet dari ILK itu sendiri. Makanya tidak heran kalau hasil survei Cak Lontong selalu ditampilkan agak di belakang, sebagai gong dari ILK.

Setiap masa ada pahlawannya, sebagaimana setiap pahlawan ada masanya. Di dunia keartisan televisi berlaku pula hukum itu. Dulu pernah saya teliti, di jaman keemasannya Bukan Empat Mata-nya Tukul, dari sepuluh tetangga yang saya survei, tujuh diantaranya memutar Trans|7, sementara tiga lainnya numpang nonton disitu. (ih, niru Cak Lontong ya?)
Cak Lontong foto bareng di depan lobby sebuah apartement
bersama teman kantornya dulu.


Tetapi tabiat televisi selalu berulang, ketika rating sebuah acara sedang menjulang, durasi acara ditambah dengan waktu tayang yang saban hari. Sebuah kondisi yang bisa melahirkan kebosanan. Sebagus-bagusnya program Golden Ways, atau Kick Andy, atau apapun itu, bila ditayang seminggu penuh, tentu pemirsa menjadi jenuh. Hal ini yang harus disadari tim kreatif ILK. Karena, sebagaimana lawakan di layar kaca, sebuah materi atau celetukan humor yang menjadi tidak lagi lucu bila dipakai di lain hari. 
 
Untuk Cak Lontong, selamat. Karir Anda makin kinclong. Salam lemper. *****


1 komentar:

  1. Pak, nama lengkapnya (aslinya) Cak Lontong itu Lis Hartono. Waktu di ILK diperkenalkan nama ini... Hihi..

    BalasHapus